Plant Quarantine merupakan istilah resmi yang digunakan di Indonesia. kata karantina berasal dari bahasa latin "quarantum" yang berarti empat puluh, yang berasal dari lamanya waktu yang di perlukan untuk menahan kapal laut yang berasal dari negara yang tertular penyakit epidemis sperti pes, kolera dan demam kuning dimana awak kapal dan penumpang dipaksa tetap tinggal terisolasi di atas kapal yang ditahan di lepas pantai selama empat puluh hari, yaitu jangka waktu perkiraan timbulnya gejala penyakit yang dicurigai (Morschel, 1971)
Karantina (menurut kamus bahasa Indonesia) diartikan sebagai :
a. tempat penginapan yang terpaksa berhubung dengan kesehatan, atau pelanggaran masuk
tanpa izin ke suatu negara.
b. tempat menahan sesuatu (binatang, tanaman atau tumbuhan untuk mencegah tersebarnya
dari benda-benda itu) (Badudu dan Zain, 2001).
Selain diatas definisi karantina adalah :
a. tempat dimana sebuah alat angkut (kapal laut atau pesawat terbang) ditempatkan,
b. pengisolasian atau pembatasan dalam perjalanan untuk mencegah agar suatu penyakit
menular, serangga, hama dan lain-lain tudak menyebar,
c. suatu keadaan dalam masa karantina,
d. suatu tempat dimana orang, binatang atau tanaman yang berpenyakit menular diisolasi atau
dalam keadaan tidak dapat melakukan perjalanan,
e. periode pengasingan, pengucilan masyarakat dan lain-lain,
f. diisolasi secara politik, komersial atau sosial.
Dalam Undang-Undang Nomor 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan, karantina didefenisikan sebagai tempat pengasingan dan/atau tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit atau organisme pengganggu dai luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya dari dalam wilayah negara Republik Indonesia.
Sejak Kemerdekaan sampai awal tahun 1980-an istilah karantina tumbuh-tumbuhan yang dipakai di Indonesia.
Menurut kamus bahasa Indonesia (Badudu dan Zain, 2001), tanaman adalah apa saja yang ditanam seperti sayur, bunga, rumput semuanya termasuk tanaman keras, tenaman sela dan tanaman bermusim. Sedangkan tumbuhan adalah semua yang tumbuh di atau dari tanah seperti pohon-pohon, perdu, rumput-rumputan. Dan tumbuh-tumbuhan adalah semua jenis tanaman apa saja yang tumbuh di atau dari tanah seperti pohon kayu, buah-buahan, sayur-sayuran, bunga-bungaan, semak belukar, rumput-rumputan. Jelas jika istilah tumbuhan lebih luas artinya dibanding tanaman tetapi kedua istilah tersebut sering dipertukarkan antara satu sama lainnya dan dianggap mempunyai pengertian yang sama dalam peraturan atau ketentuan menyangkut karantina tumbuhan.
Rabu, 29 April 2009
KESAKSIAN YESUS ADALAH ROH NUBUAT
Wahyu 19:6-10 Perjamuan kawin Anak Domba 19:6 Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.19:7 Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.19:8 Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" [Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.]19:9 Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba." Katanya lagi kepadaku: "Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah."19:10 Maka tersungkurlah aku di depan kakinya untuk menyembah dia, tetapi ia berkata kepadaku: "Janganlah berbuat demikian! Aku adalah hamba, sama dengan engkau dan saudara-saudaramu, yang memiliki kesaksian Yesus. Sembahlah Allah! Karena kesaksian Yesus adalah roh nubuat." Untuk jangka waktu yang lama gereja menugnskan nubiiat melalui para nabi pada zaman Alkitab atau melalui khotbah (yang pada umumnya merupakan karunia untuk mengajar, bukan nubuat). Sementara kebangkitan kembali dari minat terhadap nubuat di gereja dimulai kira-kira 200 tahun yang lalu, akhir-akhir ini timbul minat terhadap nubuat, baik dalam lingkungan ilmiah maupun pelayanan gereja. Wahyu 19:10 tampaknya menyatakan sesuatu rnengenai kecenderungan ini, khususnya karen a hal tersebut berasal dari seorang nabi Kristen. Di tengah hiruk-pikuk mengenai "perjamuan Anak Domba," ketika pengharapan gereja' akan diwujudkan dalam persatuan dengan Allahnya, Yohanes merasa sangat gembira.]a tersungkur di kaki malaikat yang sedang menjelaskan segala sesuatu kepadanya dan menyembahnya. Kita tidak terkejut bahwa malaikat tersebut menghentikannya (dan akan melakukannya lagi dalam Wahyu 22:8-9), tetapi perkataan "kesaksian Yesus adalah roh nubua t " membutuhkan penjelasan. Apa arti perkataan itu? Apakah "kesaksian Yesus" itu? Apa hubungannya dengan nubuat pada masa kini? Perjanjian Baru menyebutkan karunia nubuat beberapa kali, yang terpenting dalam 1 Korintus 12-14, meskipun Kisah Para Rasul menyebutkan para nabi beberapa kali juga. Tetapi kita hanya mengetahui sangat sedikit mengenai apa yang dibicarakan oleh nabi-nabi Perjanjian Baru, selain perkataan Agabus (Kisah Para Rasul 11:27; 21:1), dengan perkecualian Kitab Wahyu [1]. Seluruh kitab ini dijelaskan sebagai nubuat (1 :3; 22:7, 18-19) dan karenanya merupakan contoh yang paling luas mengenai nubuat Kristen. Dalam konteks ini Yohanes mengatakan bahwa "kesaksian Yesus" adalah "roh" dari nubuat tersebut. Nubuat, tentu saja. tidak dapat diterima begitu saja tanpa ada kriteria untuk mengujinya sehingga kita mengetahui apakah nubuat itu asli atau menyimpang dalarn beberapa hal. Beberapa bacaan dalam Perjanjian Baru menyebutkan masalah ini. Kolose 2:18 mengatakan bahwa beberapa orang Kristen telah disesatkan pada penyembahan terhadap malaikat, mungkin melalui perkiraan yang bersifat nubuat. [e m aa t diminta untuk mempertimbangkan nubuat (1 Korintus 14:29) karena, dengan adanya ketidaksempurnaan manusia, nubuat kurang Icb ih merupakan perkataan Allah, tetapi bukan perkataan yang asli. Menurut 1 Yohanes 4:1, orang Kristen tidak seharusnya mempercayai semua roh, karena tidak semua roh adalah Roh Kudus. Akhirnya, dalam Kitab Wahyu, "Izebel yang menyebut dirinya nabiah," mengajar jemaat (2:20), dan binatang yang "kel uar dari dalam burni" (13:11), yang menganiaya gereja, disebut nabi palsu (19:20). Semua ini menunjukkan perlunya mengetahui kriteria untuk menguji nubuat. Malaikat dalam ayat ini mengatakan bahwa ia dan orang Kristen "berpegang pada kesaksian Yesus " dan bahwa "kesaksian" yang sama ini adalah "roh nubuat." Artinya, dengan kesaksian inilah seseorang dapat membedakan roh nubuat yang asli, Tetapi apakah "kesaksian dari Yesus" itu? Ungkapan itu sendiri muncul beberapa kali dalam Kitab Wahyu (1:2, 9; 12:17; 19:10; 20:4), semen tara sebuah ungkapan yang berkaitan muncul dalam Wahyu 17:6. Ada dua penafsiran untuk ungkapan itu. Penafsiran pertama, kesaksian itu adalah kesaksian Yesus tentang Allah selama hidup dan pengajaran-Nya. Dia membawa kesaksian tersebut sampai pada kematian dan masih terus menyaksikannya dari tempat-Nya yang mulia di surga. Penafsiran ini didukung oleh fakta bahwa Yesus disebut "Saksi yang setia" (1:5; 3:14) dan seluruh Kitab Wahyu disebut sebagai kesaksian-Nya melalui malaikat-Nya (22:16). Penafsiran yang kedua adalah bahwa kesaksian tersebut adalah kesaksian ten tang Yesus yang dilakukan oleh manusia dengan menaati perintah-Nya dan mengakui kesetiaan dan kebenaran-Nya dengan mulutnya. Fakta yang mendukung penafsiran ini adalah mereka yang disebut sebagai saksi atau yang memberikan kesaksian. seperti Antipas (2:13), para martir (6:9), kedua saksi (11:3) dan para pemenang (12:11). Karena kedua arti tersebut didukung oleh bacaan, kita mungkin telah menciptakan dikotomi yang palsu di antara keduanya, meskipun penekanan pada "ke saksia n Ycsus" tampaknya lebih menunjukkan pengertian yang kedua daripada yang pertama. Apa yang Yesus saksikan melalui hidup dan kernatian-Nya sama dengan yang harus disaksikan oleh orang Kristen yang setia dalam hidup mereka. Kesaksian yang benar bagi Yesus berarti ketaatan kepada perintah-Nya dan kesetiaan kepada ajaran-Nya. Dan seperti Yesus secara terbuka mengakui kesetiaan-Nya kepada Bapa-Nya, demikian pula orang Kristen yang benar secara terbuka menyatakan kesetiaan kepada Yesus. Kehidupan dan Firman berjalan secara selaras: orang Kristen yang tidak hidup seperti Yesus menunjukkan adanya pertentangan, demikian pula orang Kristen yang diam-diam. Demikianlah kita melihat dalam Wahyu 17:6 bahwa orang-orang kudus (bukan hanya yang terbaik dari mereka) n:embawa kesaksian kepada Yesus. Dalam Wahyu 12:17 menuruti hukum-hukum Allah" sama dengan berpegangpada "kesaksian Yesus." Dalam Wahyu 1:2, 9 dan 20:4 "kesaksian Yesus" memiliki arti yang sebanding dengan "Firman Allah." Firman yang benar dan Allah, tentu saja, menjelma dalam diri Yesus (menurut Yohanes 1), datang melalui Yesus dan menyatakan tentang Yesus. Bahwa "kesaksian Yesus adalah roh nubuat dengan demikian berarti bahwa nubuat yang benar dan diilhami oleh Roh Kudus akan selaras dengan kehidupan dan pengajaran Yesus (hidup-Nya sendiri selaras dengan seluruh Firman Allah) dan pada akhirnya akan menunjuk kepada Yesus. Dengan ukuran ini seseorang dapat mengevaluasi kehidupan maupun perkataan seorang nabi. Dengan demikian Wahyu itu sendiri di satu sisi merupakan us aha untuk menjunjung tinggi prinsip-prinsip yang diajarkan dan dijalani oleh Yesus (misalnya panggilan untuk berjaga-jaga; penolakan untuk berkompromi dengan dunia; tuntutan agar hanya Allah saJa yang disernbah: dan penolakan untuk melakukan pelanggaran seksual). Sedang di sisi lain Wahyu merupakan sebuah panggilan untuk menghargai penebusan oleh darah-Nya, hidup sesuai dengan kesetiaan-Nya sampai mati, dan mengharapkan kemenangan akhirnya sebagai Raja atas segala raja dan Tuhan atas segala tuhan. Meskipun kesaksian itu ditujukan kepada umat manusia di tujuh jemaat, tujuan terakhirnya adalah Yesus. Kesaksian itu benar-benar telah meiewati ujian. Maka, pada saat gereja sedang menemukan kembali karunia untuk bernubuat, ayat ini menjadi sangat relevan [2]. Bukan pembawa pesan yang seharusnya diberi penghormatan, melainkan pemberi pesan itu, yaitu Yesus sendiri. Dialah yang menjadi ukuran untuk segala sesuatu. Yesuslah yang secara jelas dapat membedakan antara Yohanes dengan Izebel, antara roh nubuat yang benar dengan roh anti-Kristus. Dengan demikian nabi yang benar adalah nabi yang hidup seperti Yesus, mengajar selaras dengan Yesus dan membimbing orang lam kepada Yesus sebagai Tuhan dan Raja mereka.
Kamis, 23 April 2009
Karunia Yang Menyelamat kan...
Bahan Bacaan: Wahyu 19: 6-10
01. Nubuatan mengenai Perkawinan Anak Domba, muncul setelah nubuatan mengenai kejatuhan Babel (dalam kitab Wahyu : Kekaisaran Romawi). Dalam kitab Wahyu, bukan hanya kejatuhan musuh utama yang dinubuatkan, tetapi orang-orang percaya juga dinubuatkan akan mengalami kemenangan dan bersukacita. Orang Kristen memang cukup menderita semasa pemerintahan kekaisaran Romawi yang menguasai dunia saat itu. Namun dengan bangkitnya Tuhan sebagai Raja, maka kekuasaan yang kejam itu akhirnya jatuh juga, dan tetap saja orang percaya masih dalam jumlah besar memuliakan Tuhan. Mereka yang bertahan dalam penderitaan akhirnya akan mengakui kekuasaan Tuhan jauh melebihi kekuasaan dunia sebengis apapun itu.
02. Nubuatan mengenai Perkawinan Anak Domba ini adalah sebuah peristiwa sukacita dan sorak-sorai sama seperti lajimnya pesta perkawinan. Nubuatan ini menjadi sebuah peneguhan bagi orang percaya, karena di dalamnya disuguhkan kasih Anak Domba Allah (Yesus Kristus) yang bersedia mempersunting orang percaya menjadi mempelai perempuanNya. Marthin Luther mengatakan inilah gambaran kasih Allah yang besar. Dalam sebuah perkawinan, segala kelemahan mempelai perempuan menjadi bagian dari mempelai laki-laki, dan segala kelebihan mempelai laki-laki menjadi bagian dari mempelai perempuan juga, demikian sebaliknya. Demikianlah Kristus yang mempersunting orang percaya. Semua kelemahan, dosa, kejahatan, penyakit, kemiskinan, dan penderitaan kita telah diambil oleh Kristus dan dikalahkannya di kayu salib, sementara itu semua kasih, kemurahan, dan kelimpahannya diberikannya menjadi milik kita. Oleh karena itu sangatlah wajar jika orang percaya dipenuhi sukacita ketika Kristus mempersunting kita sebagai mempelai perempuan.
03. Kepada mempelai perempuan itu dikaruniai kain lenan halus yang berkilau, yang adalah perbuatan orang-orang benar yang kudus. Orang-orang yang mengalami penderitaan karena mengikut Kristus, tidak semuanya mampu bertahan. Namun banyak juga yang memilih setia mengikut Yesus dan terus bertahan sampai pada kesudahan. Kesetiaan dan semua pengorbanan mereka bukanlah sebuah jasa di hadapan Tuhan, dan tak pantas pula dianggap sebagai kekuatan mereka. Jika orang percaya sanggup bertahan dan tetap setia pada Yesus sekalipun menghadapi penganiayaan, itu adalah sebuah karunia. Oleh karunia Allah, orang-orang percaya akan tetap mampu menghasilkan buah yang baik dari dirinya, sekalipun dia diperhadapkan dengan berbagai kesulitan yang mengancam hidupnya. Wahyu 2: 10 c “Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan”. Kesetiaan yang dituntut oleh Tuhan bukanlah sekedar kesetiaan yang berdasarkan kekuatan, sebab jika hanya berdasarkan kekuatan, akan banyak orang yang tidak setia. Kesetiaan yang dituntut dari orang percaya adalah kesetiaan oleh karunia Allah. Membuka diri pada karunia Allah, dan membiarkan karunia itu memimpin hidup percaya kita.
04. Setiap orang yang diperkenankan masuk ke dalam bagian sukacita perkawinan Anak Domba itu akan berbahagia. Berbahagialah mereka yang menerima karunia sehingga dapat bertahan dalam penderitaan demi kebenaran, berbahagialah mereka yang bersedia menerima Kristus sebagai Raja dan Tuhan, berbahagialah mereka yang oleh karunia Tuhan tetap mampu melakukan hal-hal yang baik, berbahagialah mereka yang berkenan menjadi saksi dari semua kebesaran dan kekuasaan Tuhan. Wahyu ini bukan saja memberi berita sukacita kepada para pendengarnya, tetapi Wahyu ini juga telah menyampaikan kebenaran Kristus. Kebenaran Kristus adalah kebenaran yang selalu memimpin setiap orang untuk menyembah Allah, bukan menyembah manusia.
01. Nubuatan mengenai Perkawinan Anak Domba, muncul setelah nubuatan mengenai kejatuhan Babel (dalam kitab Wahyu : Kekaisaran Romawi). Dalam kitab Wahyu, bukan hanya kejatuhan musuh utama yang dinubuatkan, tetapi orang-orang percaya juga dinubuatkan akan mengalami kemenangan dan bersukacita. Orang Kristen memang cukup menderita semasa pemerintahan kekaisaran Romawi yang menguasai dunia saat itu. Namun dengan bangkitnya Tuhan sebagai Raja, maka kekuasaan yang kejam itu akhirnya jatuh juga, dan tetap saja orang percaya masih dalam jumlah besar memuliakan Tuhan. Mereka yang bertahan dalam penderitaan akhirnya akan mengakui kekuasaan Tuhan jauh melebihi kekuasaan dunia sebengis apapun itu.
02. Nubuatan mengenai Perkawinan Anak Domba ini adalah sebuah peristiwa sukacita dan sorak-sorai sama seperti lajimnya pesta perkawinan. Nubuatan ini menjadi sebuah peneguhan bagi orang percaya, karena di dalamnya disuguhkan kasih Anak Domba Allah (Yesus Kristus) yang bersedia mempersunting orang percaya menjadi mempelai perempuanNya. Marthin Luther mengatakan inilah gambaran kasih Allah yang besar. Dalam sebuah perkawinan, segala kelemahan mempelai perempuan menjadi bagian dari mempelai laki-laki, dan segala kelebihan mempelai laki-laki menjadi bagian dari mempelai perempuan juga, demikian sebaliknya. Demikianlah Kristus yang mempersunting orang percaya. Semua kelemahan, dosa, kejahatan, penyakit, kemiskinan, dan penderitaan kita telah diambil oleh Kristus dan dikalahkannya di kayu salib, sementara itu semua kasih, kemurahan, dan kelimpahannya diberikannya menjadi milik kita. Oleh karena itu sangatlah wajar jika orang percaya dipenuhi sukacita ketika Kristus mempersunting kita sebagai mempelai perempuan.
03. Kepada mempelai perempuan itu dikaruniai kain lenan halus yang berkilau, yang adalah perbuatan orang-orang benar yang kudus. Orang-orang yang mengalami penderitaan karena mengikut Kristus, tidak semuanya mampu bertahan. Namun banyak juga yang memilih setia mengikut Yesus dan terus bertahan sampai pada kesudahan. Kesetiaan dan semua pengorbanan mereka bukanlah sebuah jasa di hadapan Tuhan, dan tak pantas pula dianggap sebagai kekuatan mereka. Jika orang percaya sanggup bertahan dan tetap setia pada Yesus sekalipun menghadapi penganiayaan, itu adalah sebuah karunia. Oleh karunia Allah, orang-orang percaya akan tetap mampu menghasilkan buah yang baik dari dirinya, sekalipun dia diperhadapkan dengan berbagai kesulitan yang mengancam hidupnya. Wahyu 2: 10 c “Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan”. Kesetiaan yang dituntut oleh Tuhan bukanlah sekedar kesetiaan yang berdasarkan kekuatan, sebab jika hanya berdasarkan kekuatan, akan banyak orang yang tidak setia. Kesetiaan yang dituntut dari orang percaya adalah kesetiaan oleh karunia Allah. Membuka diri pada karunia Allah, dan membiarkan karunia itu memimpin hidup percaya kita.
04. Setiap orang yang diperkenankan masuk ke dalam bagian sukacita perkawinan Anak Domba itu akan berbahagia. Berbahagialah mereka yang menerima karunia sehingga dapat bertahan dalam penderitaan demi kebenaran, berbahagialah mereka yang bersedia menerima Kristus sebagai Raja dan Tuhan, berbahagialah mereka yang oleh karunia Tuhan tetap mampu melakukan hal-hal yang baik, berbahagialah mereka yang berkenan menjadi saksi dari semua kebesaran dan kekuasaan Tuhan. Wahyu ini bukan saja memberi berita sukacita kepada para pendengarnya, tetapi Wahyu ini juga telah menyampaikan kebenaran Kristus. Kebenaran Kristus adalah kebenaran yang selalu memimpin setiap orang untuk menyembah Allah, bukan menyembah manusia.
Langganan:
Postingan (Atom)