Rabu, 29 April 2009

KESAKSIAN YESUS ADALAH ROH NUBUAT

Wahyu 19:6-10 Perjamuan kawin Anak Domba 19:6 Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.19:7 Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.19:8 Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" [Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.]19:9 Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba." Katanya lagi kepadaku: "Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah."19:10 Maka tersungkurlah aku di depan kakinya untuk menyembah dia, tetapi ia berkata kepadaku: "Janganlah berbuat demikian! Aku adalah hamba, sama dengan engkau dan saudara-saudaramu, yang memiliki kesaksian Yesus. Sembahlah Allah! Karena kesaksian Yesus adalah roh nubuat." Untuk jangka waktu yang lama gereja menugnskan nubiiat melalui para nabi pada zaman Alkitab atau melalui khotbah (yang pada umumnya merupakan karunia untuk mengajar, bukan nubuat). Sementara kebangkitan kembali dari minat terhadap nubuat di gereja dimulai kira-kira 200 tahun yang lalu, akhir-akhir ini timbul minat terhadap nubuat, baik dalam lingkungan ilmiah maupun pelayanan gereja. Wahyu 19:10 tampaknya menyatakan sesuatu rnengenai kecenderungan ini, khususnya karen a hal tersebut berasal dari seorang nabi Kristen. Di tengah hiruk-pikuk mengenai "perjamuan Anak Domba," ketika pengharapan gereja' akan diwujudkan dalam persatuan dengan Allahnya, Yohanes merasa sangat gembira.]a tersungkur di kaki malaikat yang sedang menjelaskan segala sesuatu kepadanya dan menyembahnya. Kita tidak terkejut bahwa malaikat tersebut menghentikannya (dan akan melakukannya lagi dalam Wahyu 22:8-9), tetapi perkataan "kesaksian Yesus adalah roh nubua t " membutuhkan penjelasan. Apa arti perkataan itu? Apakah "kesaksian Yesus" itu? Apa hubungannya dengan nubuat pada masa kini? Perjanjian Baru menyebutkan karunia nubuat beberapa kali, yang terpenting dalam 1 Korintus 12-14, meskipun Kisah Para Rasul menyebutkan para nabi beberapa kali juga. Tetapi kita hanya mengetahui sangat sedikit mengenai apa yang dibicarakan oleh nabi-nabi Perjanjian Baru, selain perkataan Agabus (Kisah Para Rasul 11:27; 21:1), dengan perkecualian Kitab Wahyu [1]. Seluruh kitab ini dijelaskan sebagai nubuat (1 :3; 22:7, 18-19) dan karenanya merupakan contoh yang paling luas mengenai nubuat Kristen. Dalam konteks ini Yohanes mengatakan bahwa "kesaksian Yesus" adalah "roh" dari nubuat tersebut. Nubuat, tentu saja. tidak dapat diterima begitu saja tanpa ada kriteria untuk mengujinya sehingga kita mengetahui apakah nubuat itu asli atau menyimpang dalarn beberapa hal. Beberapa bacaan dalam Perjanjian Baru menyebutkan masalah ini. Kolose 2:18 mengatakan bahwa beberapa orang Kristen telah disesatkan pada penyembahan terhadap malaikat, mungkin melalui perkiraan yang bersifat nubuat. [e m aa t diminta untuk mempertimbangkan nubuat (1 Korintus 14:29) karena, dengan adanya ketidaksempurnaan manusia, nubuat kurang Icb ih merupakan perkataan Allah, tetapi bukan perkataan yang asli. Menurut 1 Yohanes 4:1, orang Kristen tidak seharusnya mempercayai semua roh, karena tidak semua roh adalah Roh Kudus. Akhirnya, dalam Kitab Wahyu, "Izebel yang menyebut dirinya nabiah," mengajar jemaat (2:20), dan binatang yang "kel uar dari dalam burni" (13:11), yang menganiaya gereja, disebut nabi palsu (19:20). Semua ini menunjukkan perlunya mengetahui kriteria untuk menguji nubuat. Malaikat dalam ayat ini mengatakan bahwa ia dan orang Kristen "berpegang pada kesaksian Yesus " dan bahwa "kesaksian" yang sama ini adalah "roh nubuat." Artinya, dengan kesaksian inilah seseorang dapat membedakan roh nubuat yang asli, Tetapi apakah "kesaksian dari Yesus" itu? Ungkapan itu sendiri muncul beberapa kali dalam Kitab Wahyu (1:2, 9; 12:17; 19:10; 20:4), semen tara sebuah ungkapan yang berkaitan muncul dalam Wahyu 17:6. Ada dua penafsiran untuk ungkapan itu. Penafsiran pertama, kesaksian itu adalah kesaksian Yesus tentang Allah selama hidup dan pengajaran-Nya. Dia membawa kesaksian tersebut sampai pada kematian dan masih terus menyaksikannya dari tempat-Nya yang mulia di surga. Penafsiran ini didukung oleh fakta bahwa Yesus disebut "Saksi yang setia" (1:5; 3:14) dan seluruh Kitab Wahyu disebut sebagai kesaksian-Nya melalui malaikat-Nya (22:16). Penafsiran yang kedua adalah bahwa kesaksian tersebut adalah kesaksian ten tang Yesus yang dilakukan oleh manusia dengan menaati perintah-Nya dan mengakui kesetiaan dan kebenaran-Nya dengan mulutnya. Fakta yang mendukung penafsiran ini adalah mereka yang disebut sebagai saksi atau yang memberikan kesaksian. seperti Antipas (2:13), para martir (6:9), kedua saksi (11:3) dan para pemenang (12:11). Karena kedua arti tersebut didukung oleh bacaan, kita mungkin telah menciptakan dikotomi yang palsu di antara keduanya, meskipun penekanan pada "ke saksia n Ycsus" tampaknya lebih menunjukkan pengertian yang kedua daripada yang pertama. Apa yang Yesus saksikan melalui hidup dan kernatian-Nya sama dengan yang harus disaksikan oleh orang Kristen yang setia dalam hidup mereka. Kesaksian yang benar bagi Yesus berarti ketaatan kepada perintah-Nya dan kesetiaan kepada ajaran-Nya. Dan seperti Yesus secara terbuka mengakui kesetiaan-Nya kepada Bapa-Nya, demikian pula orang Kristen yang benar secara terbuka menyatakan kesetiaan kepada Yesus. Kehidupan dan Firman berjalan secara selaras: orang Kristen yang tidak hidup seperti Yesus menunjukkan adanya pertentangan, demikian pula orang Kristen yang diam-diam. Demikianlah kita melihat dalam Wahyu 17:6 bahwa orang-orang kudus (bukan hanya yang terbaik dari mereka) n:embawa kesaksian kepada Yesus. Dalam Wahyu 12:17 menuruti hukum-hukum Allah" sama dengan berpegangpada "kesaksian Yesus." Dalam Wahyu 1:2, 9 dan 20:4 "kesaksian Yesus" memiliki arti yang sebanding dengan "Firman Allah." Firman yang benar dan Allah, tentu saja, menjelma dalam diri Yesus (menurut Yohanes 1), datang melalui Yesus dan menyatakan tentang Yesus. Bahwa "kesaksian Yesus adalah roh nubuat dengan demikian berarti bahwa nubuat yang benar dan diilhami oleh Roh Kudus akan selaras dengan kehidupan dan pengajaran Yesus (hidup-Nya sendiri selaras dengan seluruh Firman Allah) dan pada akhirnya akan menunjuk kepada Yesus. Dengan ukuran ini seseorang dapat mengevaluasi kehidupan maupun perkataan seorang nabi. Dengan demikian Wahyu itu sendiri di satu sisi merupakan us aha untuk menjunjung tinggi prinsip-prinsip yang diajarkan dan dijalani oleh Yesus (misalnya panggilan untuk berjaga-jaga; penolakan untuk berkompromi dengan dunia; tuntutan agar hanya Allah saJa yang disernbah: dan penolakan untuk melakukan pelanggaran seksual). Sedang di sisi lain Wahyu merupakan sebuah panggilan untuk menghargai penebusan oleh darah-Nya, hidup sesuai dengan kesetiaan-Nya sampai mati, dan mengharapkan kemenangan akhirnya sebagai Raja atas segala raja dan Tuhan atas segala tuhan. Meskipun kesaksian itu ditujukan kepada umat manusia di tujuh jemaat, tujuan terakhirnya adalah Yesus. Kesaksian itu benar-benar telah meiewati ujian. Maka, pada saat gereja sedang menemukan kembali karunia untuk bernubuat, ayat ini menjadi sangat relevan [2]. Bukan pembawa pesan yang seharusnya diberi penghormatan, melainkan pemberi pesan itu, yaitu Yesus sendiri. Dialah yang menjadi ukuran untuk segala sesuatu. Yesuslah yang secara jelas dapat membedakan antara Yohanes dengan Izebel, antara roh nubuat yang benar dengan roh anti-Kristus. Dengan demikian nabi yang benar adalah nabi yang hidup seperti Yesus, mengajar selaras dengan Yesus dan membimbing orang lam kepada Yesus sebagai Tuhan dan Raja mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar