Bahan Bacaan: Wahyu 19: 6-10
01. Nubuatan mengenai Perkawinan Anak Domba, muncul setelah nubuatan mengenai kejatuhan Babel (dalam kitab Wahyu : Kekaisaran Romawi). Dalam kitab Wahyu, bukan hanya kejatuhan musuh utama yang dinubuatkan, tetapi orang-orang percaya juga dinubuatkan akan mengalami kemenangan dan bersukacita. Orang Kristen memang cukup menderita semasa pemerintahan kekaisaran Romawi yang menguasai dunia saat itu. Namun dengan bangkitnya Tuhan sebagai Raja, maka kekuasaan yang kejam itu akhirnya jatuh juga, dan tetap saja orang percaya masih dalam jumlah besar memuliakan Tuhan. Mereka yang bertahan dalam penderitaan akhirnya akan mengakui kekuasaan Tuhan jauh melebihi kekuasaan dunia sebengis apapun itu.
02. Nubuatan mengenai Perkawinan Anak Domba ini adalah sebuah peristiwa sukacita dan sorak-sorai sama seperti lajimnya pesta perkawinan. Nubuatan ini menjadi sebuah peneguhan bagi orang percaya, karena di dalamnya disuguhkan kasih Anak Domba Allah (Yesus Kristus) yang bersedia mempersunting orang percaya menjadi mempelai perempuanNya. Marthin Luther mengatakan inilah gambaran kasih Allah yang besar. Dalam sebuah perkawinan, segala kelemahan mempelai perempuan menjadi bagian dari mempelai laki-laki, dan segala kelebihan mempelai laki-laki menjadi bagian dari mempelai perempuan juga, demikian sebaliknya. Demikianlah Kristus yang mempersunting orang percaya. Semua kelemahan, dosa, kejahatan, penyakit, kemiskinan, dan penderitaan kita telah diambil oleh Kristus dan dikalahkannya di kayu salib, sementara itu semua kasih, kemurahan, dan kelimpahannya diberikannya menjadi milik kita. Oleh karena itu sangatlah wajar jika orang percaya dipenuhi sukacita ketika Kristus mempersunting kita sebagai mempelai perempuan.
03. Kepada mempelai perempuan itu dikaruniai kain lenan halus yang berkilau, yang adalah perbuatan orang-orang benar yang kudus. Orang-orang yang mengalami penderitaan karena mengikut Kristus, tidak semuanya mampu bertahan. Namun banyak juga yang memilih setia mengikut Yesus dan terus bertahan sampai pada kesudahan. Kesetiaan dan semua pengorbanan mereka bukanlah sebuah jasa di hadapan Tuhan, dan tak pantas pula dianggap sebagai kekuatan mereka. Jika orang percaya sanggup bertahan dan tetap setia pada Yesus sekalipun menghadapi penganiayaan, itu adalah sebuah karunia. Oleh karunia Allah, orang-orang percaya akan tetap mampu menghasilkan buah yang baik dari dirinya, sekalipun dia diperhadapkan dengan berbagai kesulitan yang mengancam hidupnya. Wahyu 2: 10 c “Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan”. Kesetiaan yang dituntut oleh Tuhan bukanlah sekedar kesetiaan yang berdasarkan kekuatan, sebab jika hanya berdasarkan kekuatan, akan banyak orang yang tidak setia. Kesetiaan yang dituntut dari orang percaya adalah kesetiaan oleh karunia Allah. Membuka diri pada karunia Allah, dan membiarkan karunia itu memimpin hidup percaya kita.
04. Setiap orang yang diperkenankan masuk ke dalam bagian sukacita perkawinan Anak Domba itu akan berbahagia. Berbahagialah mereka yang menerima karunia sehingga dapat bertahan dalam penderitaan demi kebenaran, berbahagialah mereka yang bersedia menerima Kristus sebagai Raja dan Tuhan, berbahagialah mereka yang oleh karunia Tuhan tetap mampu melakukan hal-hal yang baik, berbahagialah mereka yang berkenan menjadi saksi dari semua kebesaran dan kekuasaan Tuhan. Wahyu ini bukan saja memberi berita sukacita kepada para pendengarnya, tetapi Wahyu ini juga telah menyampaikan kebenaran Kristus. Kebenaran Kristus adalah kebenaran yang selalu memimpin setiap orang untuk menyembah Allah, bukan menyembah manusia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar